Dukungan dari perusahaan hiburan atau agensi adalah sesuatu yang seharusnya diberikan pada para artis, namun hal ini tampaknya tidak dimiliki oleh banyak artis atau grup idol yang berlaga di kancah K-Pop. Lihatlah cara SM Entertainment yang menyingkirkan idol tertentu dari grup mereka, seperti yang pernah menimpa Jessica Jung dari Girls’ Generation.
JYP Entertainment juga pernah melakukan hal yang sama. Jay Park dulunya menjadi leader 2PM sebelum postingan media sosialnya viral dan menimbulkan kegemparan. Alih-alih berdiri membela Jay Park, JYP justru memutuskan untuk mengusirnya. Ternyata, Jay Park berada di pihak pemenang sekarang. Dia sudah punya sebuah perusahaan sendiri dan karir solo yang sukses, tapi dia telah berjuang keras untuk mendapatkan semua itu.
Berbicara tentang The Big Three, YG Entertainment hanya akan memberikan sedikit bantuan atau bahkan tidak samasekali jika artis mereka terjebak dalam skandal. Mereka malah akan menghentikan kiprah artis mereka selama bertahun-tahun, menunggu tanpa henti sampai skandal itu berlalu.
Lain halnya dengan Big Hit Entertainment. Beberapa kali BTS terseret dalam isu dan kontroversi, namun Big Hit mengambil tindakan penting untuk membela artisnya. Mereka merilis berbagai pernyataan dan menjelaskan akar masalahnya, namun mereka tidak menghentikan kegiatan promosi atau mencabut dukungan untuk BTS selama situasi gawat tersebut.
Dukungan perusahaan tidak hanya diperlukan saat para idol terjebak dalam skandal atau masalah. Dukungan perusahaan juga dibutuhkan setiap hari agar sebuah grup dapat terus eksis.
Contoh utamanya adalah Sechs Kies.
Sechs Kies adalah salah satu pelopor K-Pop. Mereka debut di tahun 1997 dengan Daesung Entertainment (sekarang dikenal sebagai DSP Media). Sechs Kies dengan cepat menjadi ‘pencari nafkah’ utama bagi perusahaan itu. Tapi setahun kemudian, perusahaan mendebutkan sebuah grup idol wanita, Fin.K.L. Untuk memperkuat grup baru tersebut, perusahaan mengerahkan semua sumber daya mereka untuk girlband itu. Tiba-tiba Sechs Kies ditinggalkan tanpa perhatian.
Anggota Fin.K.L diberi semua jadwal dan promosi, sementara Sechs Kies mati-matian bertahan sendirian berkat basis penggemar mereka yang kuat. Mereka terus dipinggirkan oleh perusahaan yang tidak memberikan dukungan yang layak pada mereka.
Pada tahun 1999, semua orang berpikir bahwa Sechs Kies akan mendapatkan Daesang, namun pemenangnya ternyata adalah Fin.K.L. Salah seorang penggemar berhasil mengambil foto trofi itu yang bertuliskan: “SECHS KIES.” Itu menegaskan kecurigaan bahwa perusahaan menjadi biang kerok mengapa Sechs Kies gagal mendapatkan Daesang. Perusahaan lebih memilih untuk menunjang promosi girlband baru mereka daripada memberi penghargaan kepada Sechs Kies.
Lalu pada tahun 2000 ada desas-desus tentang Sechs Kies pindah ke perusahaan lain, namun perusahaan lama mereka memaksa mereka untuk bubar. Secara resmi alasan pembubaran itu adalah karena mereka ingin berhenti pada puncak ketenaran (dan mereka benar-benar melakukannya). Namun sebenarnya ada banyak faktor lain, yaitu minimnya dukungan dari perusahaan mereka.
Adalah hal yang lumrah bagi sebuah grup untuk dikesampingkan agar yang baru bisa muncul. Fenomena ini sudah berkali-kali terjadi di banyak perusahaan dan grup lain, terutama di perusahaan kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mendukung dua grup. F.T. Island misalnya. Mereka semakin terdesak saat CNBlue memulai debutnya.
Apa hubungan semua ini dengan BTS? BTS sekarang adalah pencari nafkah utama bagi perusahaan mereka, Big Hit Entertainment. Mereka adalah satu-satunya grup yang didebutkan Big Hit (2AM dan Homme keduanya dipindahkan ke Big Hit namun tidak dibentuk oleh mereka). Jadi sekarang ini BTS adalah fokus utama mereka, tapi apa jadinya bila Big Hit mengeluarkan grup baru nanti?
Jika Big Hit bijak dan cerdas, mereka akan menjalankan promosi BTS dan grup baru itu secara bersamaan (iklan dan pemotretan misalnya) namun tidak memfokuskan semua energi mereka pada grup yang baru.
YG berhasil melakukan ini di tahun 2009 dengan BIGBANG dan 2NE1. Sebelum debut, 2NE1 diperkenalkan dengan lagu yang dibuat untuk iklan yang mereka bawakan bersama dengan senior perusahaan, BIGBANG. Cara itu sukses besar dan bisa membawa 2NE1 langsung ke pusat perhatian sekaligus memastikan bahwa agensi bisa mendapatkan sumber penghasilan langsung dari 2NE1; semua itu tanpa merusak ketenaran dan aktivitas BIGBANG. Harus diakui bahwa strategi pemasaran dan penggunaan sumber daya YG Entertainment ini sangat hebat.
Sejauh ini Big Hit telah menjadi perusahaan yang inovatif dan cerdas dalam memasarkan BTS dan mereka melanggar beberapa norma khas K-Pop dalam prosesnya (seperti idol yang boleh memiliki ponsel dan akses ke media sosial bahkan saat masih berstatus rookie). Melihat kesuksesan besar BTS sejauh ini, rasanya Big Hit masih akan terus mempertahankan strategi ini dan menahan diri untuk tidak mendebutkan grup idol baru.
Leave a Reply